Setiap kita pasti mempunyai tanggung jawab atas hal-hal tertentu. Orang tua bertanggung jawab untuk memberikan kasih sayang terbaik kepada keluarganya. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bersikap adil kepada mereka yang dipimpin. Kepala UPT Rumah Potong Hewan (RPH), mempunyai tanggung jawab selain bersikap adil kepada bawahan, juga bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan pemotongan hewan dengan baik.
Sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan adalah masa puncak pelayanan pemotongan di UPT RPH Berau. Di hari-hari biasa pemotongan hewan (ruminansia) di UPT RPH Berau rata-rata adalah 5 - 6 ekor sapi, tetapi mulai tanggal 21 Ramadhan jumlah pemotongan meningkat menjadi lebih dari 10 ekor per hari dan terus meningkat hingga puncaknya di tanggal 29 Ramadhan jumlah pemotongan menjadi lebih dari 30 ekor per hari. Peningkatan jumlah pemotongan juga terjadi di pemotongan ternak unggas dari sekitar 3.000 ekor per hari meningkat menjadi 9.000 - 10.000 ekor di hari terakhir Ramadhan.
Pekan terakhir Ramadhan biasanya, aku akan berada di RPH sejak selesai sholat subuh dan pulang sekitar pukul 23.00 malam. Hal ini aku lakukan untuk memastikan bahwa UPT RPH Berau akan dapat memberikan pelayanan yang baik.
Kenapa hal ini perlu dilakukan? Peningkatan jumlah pemotongan hewan praktis menyebabkan peningkatan kebutuhan air bersih. Air bersih di tempat pemotongan hewan diperlukan untuk membersihkan tempat pemotongan hewan dan organ dalam ternak setelah disembelih. Kondisi tersebut menyebabkan jumlah air bersih yang keluar (terbuang) lebih besar daripada yang masuk sehingga menyebabkan adanya krisis air bersih.
Selama 4 tahun sejak tahun 2019 hingga 2022, setiap akhir Ramadhan lebih banyak waktu aku habiskan di RPH. Di saat para ASN menikmati cuti bersama, kami staf UPT RPH Berau justru menjalankan tugas dari pagi hingga larut malam. Biasanya aku akan pulang sebentar ke rumah di saat menjelang waktu berbuka dan akan kembali ke RPH setelah berbuka puasa. Aku kemudian pulang ke rumah setelah seluruh ternak sapi selesai disembelih. Akibatnya di saat Hari Raya Idul Fitri tenagaku telah terkuras, sehingga di saat tersebut kumanfaatkan untuk beristirahat. Istirahat karena rasa lelah yang aku rasakan selama akhir Ramadhan tidak hanya fisik, tetapi juga lelah secara psikis.
Hari Raya Idul Fitri 1443 H tahun lalu, istri dan anak-anakku mulai mengeluh karena di hari-hari terakhir Ramadhan mereka merasa aku seperti mengabaikan mereka. Selama 4 kali Hari Raya pula hubungan silaturahmi dengan keluarga besar juga agak terabaikan. Semua kondisi tersebut membuatku memutuskan untuk mengambil cuti di tahun ini.
Sejujurnya di tahun kelima memimpin UPT RPH Berau, sebagian besar energi psikisku telah terkuras yang berakibat pada penurunan semangatku dalam bekerja. Keputusan mengambil cuti bukanlah untuk lari dari tanggung jawab atau melemparkan tanggung jawab tersebut kepada orang lain.
Aku harus akui bahwa di masa akhir Ramadhan mempunyai tekanan psikis yang besar kepada diriku. Di saat tersebut, emosiku menjadi mudah untuk tersulut dan meledak. Alhamdulillah selama 4 tahun ini emosiku masih agak terkendali, walau sesekali terlepas pula ledakan emosi tersebut. Memasuki tahun kelima energi psikis pada diriku terasa lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya. Aku khawatir di tahun ini emosiku menjadi lebih tidak terkendali, sehingga berakibat buruk pada kinerja pelayanan di UPT RPH Berau.
Aku berharap, cuti yang aku ambil di saat menjelang Hari Raya Idul Fitri 1444 H akan dapat mengembalikan energi psikis pada diriku yang telah terkuras. Cuti kali ini juga untuk memberikan perhatian lebih kepada keluarga sebagai pengganti tahun-tahun sebelumnya.
Harapanku, di saat cuti ini aku dapat berkumpul dengan istri dan anak-anak, sehingga keluarga kami menjadi lebih akrab dan hangat. Usai cuti tersebut, aku harap energi psikisku akan meningkat kembali, sehingga dapat mengangkat kembali semangat untuk melaksanakan tugas pelayanan pemotongan hewan dengan lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar