Tulisan saya sebelumnya telah diuraikan pertimbangan umum dalam memilih event perlombaan panahan. Tulisan kali ini saya akan coba mengulas tentang pemilihan event perlombaan panahan lebih kepada pertimbangan kesiapan atlit. Hal ini menurut saya akan sangat berpengaruh kepada rencana jangka panjang yang disiapkan untuk atlit tersebut.
Kita dalam memilih event perlombaan panahan menurut saya harus lebih mempertimbangkan kesiapan atlit. Kesiapan atlit dalam hal ini adalah kesiapan secara teknis dan kesiapan secara psikologis. Hal yang terkadang terlupa adalah pertimbangan kesiapan psikologis baik di saat lomba atau pun setelah lomba.
Pertimbangan kesiapan atlit terkadang seperti diabaikan jika menghadapi event dengan prestise yang tinggi seperti kejuaraan tingkat propinsi atau tingkat nasional. Hal ini akan diperparah jika daerah tersebut mempunyai jumlah atlit yang tidak banyak.
Sebagai sebuah ilustrasi adalah event Pekan Olah Raga Pelajar Tingkat Propinsi. Di beberapa daerah, khususnya di Jawa, event ini diadakan sesuai jenjang pendidikan yang ada. Jadi, ada Pekan Olah Raga Pelajar Daerah (Popda) tingkat SD, tingkat SMP, dan tingkat SMA. Atlit akan bertemu dengan lawan yang setara. Tetapi ada pula beberapa daerah yang karena alasan tertentu mengadakan event tersebut tidak menurut jenjang pendidikan. Jadi, event pekan olah raga pelajar diikuti oleh atlit dari tingkat SD sampai dengan SMA. Event seperti ini memang mempunyai prestise yang tinggi karena atlit akan berlomba sebagai wakil dari daerahnya. Tetapi pertimbangan kesiapan (teknis dan psikologis) atlit janganlah dilupakan.
Baca juga : KAMI PENUHI JANJI, DIA MEMBALAS DENGAN PRESTASI
Daerah-daerah yang tidak mempunyai banyak atlit akan sedikit memaksakan diri yang penting dapat mewakili daerah dalam event bergengsi tersebut. Akibatnya atlit-atlit yang masih SD akan bertemu dengan atlit-atlit yang telah duduk di bangku SMP atau SMA.
Atlit yang masih SD biasanya baru dapat menembak di jarak 30 meter sementara jarak tembakan dalam lomba hingga jarak 50 meter. Pelatih saat melihat kondisi ini biasanya akan mendorong si atlit agar dapat menembak di jarak tersebut antara lain dengan menambah berat tarikan (draw weight) busur sehingga harapannya anak panah yang semula hanya dapat untuk menembak di jarak 30 - 40 meter sekarang dapat mencapai jarak tembak 50 meter. Kondisi seperti ini sebenarnya menunjukkan bahwa atlit yang secara teknis belum siap dipaksakan agar menjadi siap, tetapi jangan dilupakan bahwa panahan adalah olah raga teknik yang memerlukan konsistensi. Konsistensi terbentuk bukan proses yang instan.
Hal lain yang tak kalah penting dan malah sering kali dilupakan adalah psikologis atlit. Komentar yang biasa diucapkan oleh beberapa atlit atas hal ini adalah "Ndak apa, ini bagus untuk latihan mental". Menurut saya jika di atas kertas atlit kita tidak mungkin menang atau mampu bersaing dengan atlit-atlit yang ada, apa lagi jika secara teknis pun atlit itu belum siap, maka lebih baik atlit tersebut tidak usah diturunkan. Kondisi seperti ini tentu sangat berpengaruh kepada kondisi psikologis atlit, apa lagi jika usia mereka masih sangat belia.
Akibat yang mungkin terjadi jika kesiapan atlit belum memadai tetapi dipaksakan untuk mengikuti event tersebut adalah gangguan pada teknik memanah dan juga gangguan pada psikologis atlit.
Memanah memerlukan teknik yang baik dan konsisten agar memperoleh hasil tembakan yang baik. Teknik memanah yang baik dan konsisten tidak dapat dibentuk dengan proses yang instan. Hal ini harus dibentuk secara bertahap dengan proses yang tidak dapat dikatakan sebentar. Proses tersebut bisa jadi berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan. Konsistensi teknik tersebut dapat saja rusak atau terganggu karena hal kecil dan dalam waktu sebentar, tetapi perlu proses yang cukup lama untuk mengembalikannya. Contohnya adalah saat berat tarikan (draw weight) busur ditambah di saat atlit belum siap untuk hal tersebut.
Atlit yang mengikuti lomba di kelas yang lebih tinggi sudah pasti tidak akan mempunyai peluang untuk menang. Hal ini secara psikologis tentu akan berdampak kepada atlit. Dia merasa bahwa usahanya selama ini sepertinya sia-sia, dan bisa jadi akan berakibat kepada penurunan semangat latihan.
Peran seorang pelatih sangat penting dalam menentukan event perlombaan panahan yang tepat untuk diikuti oleh atlit binaannya. Janganlah pelatih hanya sekedar mengejar prestise dan kebanggaan semu sehingga mengabaikan kesiapan teknik dan psikologis atlit. Mencetak atlit (terutama cabang olah raga panahan) memang tidak mudah, tetapi membentuk dan memelihara atlit panahan dengan teknik yang baik dan konsisten justru jauh lebih sulit.
Baca juga : MEMILIH EVENT PERLOMBAAN PANAHAN (1)