Bismillahi rahmani rahim. Sengaja saya mulai tulisan ini dengan menyebut nama Allah, karena tulisan ini adalah murni curahan hati saya yang sedih melihat kondisi panahan di Berau.
Hari ini adalah hari pertama perlombaan panahan di event Pekan Olah Raga Tingkat Propinsi Kalimantan Timur (Porprov Kaltim) Tahun 2022 yang kebetulan Kabupaten Berau menjadi tuan rumahnya. Saya sebagai salah seorang penggiat olah raga panahan tentu saja antusias untuk menyaksikan perlombaan hari ini. Di hari pertama perlombaan, terus terang saya cukup sedih menyaksikan kondisi di lapangan.
Hari ini nomor yang dilombakan adalah ronde nasional di pagi hari dan barebow di siang atau sore hari. Dalam tulisan ini saya akan mencoba mengulas hasil lomba di nomor ronde nasional jarak 40 meter.
Terus terang saat melihat hasil lomba di nomor ronde nasional baik putra maupun putri, hasilnya tidaklah memuaskan. Atlit-atlit Berau berada di peringkat ke-16, 20, dan 21 untuk atlit putra sementara atlit putri berada di peringkat ke-19, 21, dan 22. Akumulasi dari ketiga atlit putra dan putri jika dimainkan untuk ronde nasional beregu pun keduanya berada peringkat keenam.
Saya akan coba mengulas lebih dalam di atlit putra. Saya perhatikan di atlit putra terdapat atlit yang biasanya (atau sebelumnya) berlatih menggunakan busur compound, tetapi di event ini dia menembak menggunakan busur ronde nasional. Hal ini bagi mereka yang bukan penggiat olah raga panahan dianggap tidak menjadi masalah, tetapi bagi kami para penggiat panahan tidaklah demikian. Kondisi ini tidak sesederhana sekedar ganti alat, karena alat yang berbeda memerlukan teknik yang berbeda. Hal ini berakibat kepada nilai yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari score atlit putra yang berada di peringkat ke-21. Atlit tersebut biasa menggunakan busur compound, tetapi dalam event ini sepertinya diminta memanah menggunakan busur ronde nasional, dan akibatnya seperti yang terlihat.
Hal yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak ada official atau supporter dari Berau yang memberikan dukungan moril di saat ketiga atlit putra tersebut berjuang untuk Kabupaten Berau. Hal ini setidaknya yang saya lihat di sesi kedua seri tembakan ke-4 hingga ke-6, semoga sebelumnya ada official yang memberikan dukungan teknis dan moril kepada mereka.
Kenapa hal tersebut saya katakan menyedihkan, karena pada saat saya datang menyaksikan perlombaan tersebut, terdapat seorang atlit putra yang kondisi mentalnya betul-betul "jatuh". Tembakan atlit tersebut berantakan, bahkan saat saya datang di quiver (tempat menyimpan anak panah) hanya tersisa 5 batang anak panah. Tembakan pertama pada seri ketiga atau keempat, anak panahnya lepas tidak mengenai target dan tidak ditemukan, sehingga anak panahnya hanya tersisa 4 batang dari seharusnya 6 batang anak panah. Sementara dari 4 batang yang tersisa setidaknya terdapat 1 batang anak panah dalam kondisi tidak layak untuk ditembakkan.
Dimana posisi official atau pelatih pada saat atlit-atlit ini berlomba? Menurut saya, seharusnya setidaknya ada 1 orang atlit atau orang yang faham soal panahan berada di dekat ketiga atlit tersebut. Orang tersebut setidaknya dapat memberikan dukungan moril kepada atlit tersebut, atau setidaknya dapat menjadi penghubung ke pelatih saat atlit mengalami gangguan teknis atas alat yang mereka pergunakan. Contohnya adalah menghubungkan ke pelatih saat ada anak panah yang tidak layak untuk ditembakkan agar diperbaiki atau diganti dengan anak panah yang lebih baik.
Tulisan ini sepenuhnya adalah curahan hati saya, mungkin apa yang saya tulis tidaklah sepenuhnya benar. Siapa tahu dari pihak pelatih atau tim pelatih mempunyai strategi tertentu untuk mencapai target di cabang olah raga panahan dalam event Porprov VII Kaltim kali ini.
Besar harapan saya di hari-hari berikutnya hasil yang diperoleh atlit-atlit panahan Berau akan lebih baik sehingga dapat membanggakan Kabupaten Berau. Aamiin ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar