Beberapa dari kita terlalu banyak berpikir sebelum bicara, terlalu takut bersuara, hingga akhirnya memilih bungkam
Beberapa dari kita memilih menjadi pendengar hingga saat kita terluka parah pun tak ada yang sadar.
Terkadang kita
memilih bungkam bukan karena tak punya suara
Bukan pula tak mau beropini
Kadang diam dan bungkam adalah jalan terakhir ketika bersuara pun terasa percuma
Dan beropini pun terus ditentang oleh para petinggi
Terkadang ingin
berteriak sampai beradu urat pun tak mampu mengubah keadaan
Kita dianggap tak cukup cerdas, 'katanya',
Tak cukup mahir 'katanya',
Tak cukup paham 'katanya',
Tapi ya bagaimana mau paham jika kalian tak memberi kami kesempatan?
Seolah jika
kalian sudah bersuara kami hanya perlu bersetuju saja
Seolah jika kalian sudah menentang kami tak boleh menantang.
Kami punya pola
pikir yang berbeda, tapi dipaksa agar sama dan rata.
Bila berbeda dihina, bila tak sesuai dicecar, dikejar, lalu dihajar.
Demokrasi; KATANYA!!!!
Tergelak aku dibuatnya
Omong kosong macam apa pula ini?
Bicara demokrasi tapi berbicara sedikit dituduh makar
Beropini sedikit dituduh memprovokasi.
Yang lebih lucu
lagi, mereka bilang semua orang berbeda dan istimewa, tapi masih saja dibuat
standar-standar kampungan yang membuat seniman terlihat bodoh karena tak pandai
kimia,
Yang membuat olahragawan terlihat tolol karena tak pandai matematika.
Lucu bukan? Sungguh membuat ku terpingkal
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.