Memanah adalah olah raga yang kami tekuni selama lebih dari 6 tahun ini. Di cabang olah raga ini, awalnya kami adalah orang yang benar-benar awam dan buta tentang olah raga ini. Waktu berjalan, pengetahuanku tentang olah raga ini pun semakin berkembang.
Kami mempunyai 2 orang anak (putri dan putra). Panahan awalnya kami coba kenalkan ke anak kedua kami yang putra karena sebelumnya terlalu asyik bermain game di depan tv.
Singkat cerita anakku mulai belajar memanah dengan menggunakan busur dari bahan PVC yang harganya murah. Tujuannya adalah untuk mendorong minatnya atas olah raga ini. Seandainya minatnya tidak muncul pun ndak masalah, busurnya juga ndak terlalu mahal. Alhamdulillah minatnya atas olah raga panahan ini cukup besar.
Kami pun mendaftarkan anakku ke sekolah memanah di Sanggap Archery School. Di saat awal belajar memanah, anakku (Arifin) diajari oleh Ustad Abdul Azis Jabbar untuk memanah dengan menggunakan tangan kanan, walau sebenarnya kami merasa dia mempunyai refleks tangan kiri yang lumayan bagus. Tetapi, beliau pastilah lebih faham perihal panahan dibandingkan kami. Sayang Ustad Azis tidak lama mengajar anak-anak kami, karena tak lama kemudian beliau mengundurkan diri dari kegiatan kepelatihan panahan.
Waktu terus berlalu, teknik memanah dan kualitas tembakan Arifin terlihat tidak terlalu berkembang, terlebih sejak Ustad Azis tidak lagi membimbingnya. Aku pun berusaha mencari informasi dan cara agar teknik memanah Arifin menjadi lebih baik. Akhirnya, aku mendapatkan informasi tentang mata dominan (dominant eye) dalam olah raga panahan. Pemanah jika mempunyai mata dominan adalah mata kiri dan mata kiri tersebut tidak dapat dimanipulasi maka disarankan agar memanah dengan tangan kiri. Aku coba memeriksa, mata dominan anakku apakah mata kanan atau mata kiri. Ternyata, mata dominan Arifin adalah mata kiri, dan itu pun tidak dapat dimanipulasi agar mata kanannya lebih dominan. Kami pun memutuskan bahwa Arifin harus memanah menggunakan tangan kiri.
Keputusan memanah menggunakan tangan kiri tentu mempunyai konsekuensi. Konsekuensi pertama adalah mengganti busur, karena busur untuk pemanah tangan kanan tidak sama dengan pemanah tangan kiri (kidal). Itu baru busur belum asesoris-asesoris pemanah yang lain. Perlengkapan pemanah kidal tidaklah mudah ditemukan seperti perlengkapan pemanah tangan kanan, karena jumlah pemanah kidal tidaklah banyak.
Selainnya sulitnya mencari perlengkapan panahan, konsekuensi lainnya adalah saat mengikuti event perlombaan panahan. Pemanah kidal adalah kelompok minoritas, terkadang hanya terdapat satu orang pemanah kidal dari sekian banyak pemanah, ditambah lagi pemanah kidal menghadap ke arah yang berbeda. Hal ini tentu akan menarik perhatian penonton, sehingga hal ini pasti akan sangat berpengaruh pada mental Si Pemanah Kidal. Kondisi ini tentu akan memberikan dua akibat, yaitu membuat mental pemanah semakin turun atau malah akan membuat mental pemanah menjadi terasah semakin kuat.
Keunikan-keunikan dari pemanah kidal ini membuat kami semakin bersemangat untuk mendampinginya dalam setiap event yang diikutinya. Kami pun bersepakat bahwa Arifin akan mengikuti event minimal dalam setahun 1 kali event.
Baca juga : Berusaha Istiqomah di Olah Raga Sunnah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar